Senin, 01 April 2013

Dia Yang Pantang Menyerah


Dikisahkan, dalam kondisi yang sangat putus asa seseorang pemuda memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan yang selama ini dia geluti, bahkan karena saking kecewanya terhadap kehidupan dia mengambil sikap untuk berhenti dari hubungannya dengan sesama dan berhenti dari aktivitas spiritualnya dengan Sang Maha Kuasa.
Setelah merenung sejenak tentang apa yang menjadi keputusannya, dia pergi ke hutan belantara dengan satu tujuan yaitu berbicara dengan Tuhan untuk yang terakhir kalinya. “Tuhan, berikan aku satu alasan untuk tidak meneruskan apa yang sudah menjadi keputusanku ini.” Ungkap Si Pemuda dengan lantang. Setelah beberapa saat Tuhan memberi jawaban yang sungguh sangat mengejutkannya. “Lihatlah ke sekelilingmu.” kataNya. “Apakah engkau memperhatikan tanaman pakis dan bambu yang ada di hutan ini?” seketika matanya langsung tertuju pada apa yang Tuhan maksud.  “Ya benar”. Jawab Si Pemuda dengan pasti.
Lalu Tuhan melanjutkan: “Ketika pertama kali Aku menanam mereka, Aku menanam dan merawat benih-benih mereka dengan seksama. Aku beri mereka cahaya, Aku beri mereka air, dan pakis-pakis itu tumbuh dengan sangat cepat. Warna hijaunya yang menawan menutupi tanah, namun tidak demikian yang terjadi dari benih bambu, tapi Aku tidak berhenti merawatnya.”
“Dalam tahun kedua, pakis-pakis itu tumbuh lebih cepat dan lebih banyak lagi. Namun, tetap saja benih bambu itu seolah tidak terlihat ada perubahan yang berarti, walau demikian Aku tidak menyerah terhadapnya.”
“Memasuki tahun ketiga tetap tidak ada yang tumbuh dari benih bambu itu tapi Aku sedikitpun tidak terbersit rasa kecewa dan menyerah terhadpnya. Begitu juga dengan tahun ke empat. ”
“Lalu pada tahun ke lima sebuah tunas yang kecil muncul dari dalam tanah. Jika dibandingkan dengan pakis, tunas itu kelihatan begitu kecil dan sepertinya tidak berarti apa-apa. Namun enam bulan kemudian, bambu ini tumbuh dengan mencapai ketinggian lebih dari 100 kaki. Ketahuilah, dia membutuhkan waktu lima tahun untuk menumbuhkan akar-akarnya. Akar-akar itu membuat dia kuat dan memberikan apa yang dia butuhkan untuk bertahan. Aku Tuhanmu dan Tuhan semesta alam tidak akan memberikan ciptaanku tantangan yang tidak bisa mereka tangani.”
“Tahukah engkau duhai hambaKu, dari semua waktu pergumulanmu, sebenarnya engkau sedang menumbuhkan akar-akarmu? Aku tidak menyerah terhadap bambu itu, Aku juga tidak akan pernah menyerah terhadapmu”.
Lalu Tuhan menekankan dia dengan berkata: “Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain. Bambu-bambu itu memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan dengan pakis-pakis yang tumbuh disekelilingnya, tapi sadarilah keduanya tetap membuat hutan ini menjadi lebih indah.” “Saatmu akan tiba”, Tuhan menegaskan itu kepadanya. “Engkau akan tumbuh dan terus bertumbuh sangat tinggi.”
“Seberapa tinggi aku harus bertumbuh wahai Tuhanku?” Tanyanya. “Sampai seberapa tinggi bambu-bambu itu dapat tumbuh?” Tuhan balik bertanya. “Setinggi yang mereka mampu?” ungkapnya penasaran.
“Ya.” jawabNya. “Muliakan Aku dengan pertumbuhanmu, setinggi mungkin yang engkau dapat capai.”
Lalu dengan hati riang dia pergi meninggalkan hutan itu dengan membawa pencerahan yang menyejukkan jiwa dan raganya seraya menyadari bahwa Tuhan tidak akan pernah menyerah terhadapnya dan Dia juga tidak akan pernah menyerah terhadap Anda wahai sahabat BMW yang brilliant.....


- BMW - Always Wishing You Success
follow: @MukhtarBMW
Facebook: Mukhtar Wijaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar